Rata-rata usia produksi media baglog jamur tiram putih adalah 4 bulan. Setelah melewati usia produktif, media baglog jamur tiram putih akan menjadi limbah padat. Umumnya, limbah media baglog jamur tiram putih belum dimanfaatkan secara ekonomis dan optimal. Limbah media baglog jamur tiram hanya digunakan untuk pupuk tanaman bahkan banyak yang hanya di buang begitu saja oleh pembudidaya jamur tiram di desa Denokan, Polokarto Sukoharjo.
Limbah baglog jamur tiram putih yang jumlahnya melimpah selama ini belum memiliki nilai ekonomis. Jika limbah tersebut tidak dimanfaatkan atau dibiarkan dapat menjadi sarang hama dan penyakit yang sewaktuwaktu menyerang usaha budidaya jamur, pembibitan jamur, tanaman pertanian, ternak dan manusia. Disamping itu juga limbah tersebut dapat memberikan pemandangan yang tidak baik atau mengganggu estetika lingkungan.
Limbah baglog jamur tiram putih sangat berpotensi untuk dijadikan bio briket superkarbon yang bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar. Superkarbon adalah bahan baku karbon dalam bentuk briket yang diproduksi dari bahan limbah alternatif maupun turunannya yang masih mengandung sumber energi. Limbah tersebut diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk kepeluan rumah tangga maupun alternat yang bersifat dapat diperbaharui dalam bentuk bio briket. Berdasarkan masalah-masalah diatas tim pengabdi yang terdiri dari dosen-dosen di Fakultas Teknik UNS yaitu Rahmaniah Dwi Astuti, Retno Wulan Dayamanti dan Haryono Setiadi mengembangkan alat pengepres bio briket berbahan dasar limbah media baglog.
Alat pengepres bio briket yang diimplementasikan pada petani jamur tiram di Desa Denokan Sukoharjo adalah alat pengepres bio briket sistem manual. Sistem mekanisme penggeraknya menggunakan cara manual yaitu dengan diputar pada bagian pemutar atas (bagian atas alat pengepres bio briket dilengkapi dengan besi bulat sebagai tempat untuk memutar, dan besi bulat tersebut dihubungkan dengan piston). Komposisi bio briket yang diproduksi terdiri dari serbuk gergaji (baglog) jamur 65%, arang yang ditumbuk halus 25% dan tepung kanji 10%. Bio briket hasil uji coba kemudian di keringkan dengan panas matahari selama 24 jam sampai kondisi bio briket menjadi kering.
Proses Pembuatan Bio Briket Dengan Alat Pengepres Bio Briket di Lokasi Mitra Pengabdian
Selain penerapan teknologi tepat guna berupa alat pengepres dan kompor bio briket. Mitra pembudidaya jamur tiram juga didukungan dari sisi manajemen. Berkaitan dengan dukungan manajemen ini, tim PKM Fakultas Teknik UNS memberikan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan penggunaan dan perawatan alat produksi bio briket serta pemasaran bio briket kepada kelompok pembudidaya jamur tiram di Desa Polokarto.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara bertahap yang meliputi sosialisasi dan pelatihan selama 1 hari. Kegiatan pendampingan dilakukan selama 2 bulan dengan kunjungan periodik setiap minggu. Beberapa kegiatan aktivitas ini ditampilkan pada gambar berikut:
Kegiatan Sosialisasi, Pelatihan dan Pendampingan Mitra
0 Comments