Maraknya restoran Jepang di beberapa wilayah Indonesia membuat kebutuhan nori terus meningkat. Nori adalah lembaran seperti kertas yang terbuat dari rumput laut. Berawal dari itulah mahasiswa FT UNS berfikir untuk membuat Nori dari bahan baku Indonesia.
Produk nori ini dirintis oleh Miftahul Fa’izah (D3 Teknik Kimia 2015), Gesti Prasiwi (D3 Teknik Kimia 2015) dan Chamelia Alam Amalia (D3 Teknik Kimia 2016), mereka juga dibantu oleh Dyah Ayuningtyas Utami mahasiswa Ilmu Teknologi Pangan 2016 dalam pengendalian mutu pangan dan Mawar Irma Sigita mahasiswa D3 Desain Komunikasi Visual 2016 sebagai designer produk.
Melalui sarana Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UNS 2018, mereka mengolah potensi local rumput laut asli Indonesia untuk diolah menjadi SARINORI guna meningkatkan nilai ekonomis dan variasi olah pangan lokal cita rasa internasional. Menurut Miftahul Fa’izah, pengolahan rumput laut di Indonesia hanya sebatas pada dikonsumsi dengan diolah menjadi lauk sayur atau hanya sebatas agar-agar dan belum berpikir untuk mengolahnya menjadi produk pangan yang bergizi dan bernilai jual tinggi.
“Rumput laut di Indoesia sebenarnya banyak dan sangat potensial, namun dalam pengolahannya rumput laut di Indonesia hanya sebatas diolah menjadi lauk sayur atau agar-agar saja” ungkap Miftah, di Kampus FT UNS, Senin (9/07).
Miftah berpendapat, hasil produk berupa lembaran nori yang diberi nama SARINORI yaitu adalah singkata dari Sargassum dan Gracillaria Nori ini selain memiliki nilai jual yang terjangkau, namun dalam segi keuntungan sangat tinggi. SARINORI diproduksi dengan empat varian rasa, yaitu original, balado, BBQ dan jagung bakar. SARINORI cocok dimakan sebagai snack makanan ringan maupun sebagai campuran pda makanan jepang seperti sushi, kimbab, onigiri dll. “Keunggulan produk kami dibanding produk sejenis yang lainnya yaitu dari segi warna berwarna coklat kehitaman yang berasal dari bahan bakunya yang berwarna hitam, selain itu, warna hitam menunjukkan bahwa SARINORI mengandung serat, protein dan karbohidrat yang tinggi, selain itu penggunaan rumput laut asli Indonesia yang berasal dari Pantai Krakal, Gunung Kidul, Jawa Tengah sehingga meningkatkan kesejahteraan para petani rumput laut di daerah tersebut.
Bersama dengan timnya, Miftah berharap produk SARINORI ini dapat dikenal masyarakat luas dan mampu bersaing dengan produk-produk serupa. Selain itu, Ia berharap kedepannya bisa mengembangkan produk SARINORI di Indonesia agar kelak Indonesia tidak lagi mengimpor Nori bahkan bias untuk mengekspor Nori cita rasa Indonesia di kancah internasional. “Kami ingin tetap memprioritaskan rumput laut Indonesia sebagai bahan baku utama dan terus meningkatkan produksi SARINORI untuk bias diproduksi skala rumah tangga untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat,” pungkas Miftah.
0 Comments